Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

04 November 2008

Tentang Perkataan "Percaya" dan "Setan"

Kepercayaan, demikianlah penduduk di sini menyebutnya. Sungguh amat dangkal pemahaman ini. Kepercayaan, bagaimana kita harus percaya, pasrah terhadap semuanya? Ada begitu banyak jebakan di dalamnya, wahai manusia! Karena terlalu sulit untuk menemukan bagaimana cara memahami yang di Atas, kuasa dari kata/istilah “percaya” dapat menggerogoti. Harus kukatakan, istilah “percaya” seperti mantera sesat, yang mengharapkan jalan pintas dalam sekali dengar, terutama bagi segala hati yang sedang lelah menatap hidup. Lebih baik kita tidak pernah memahami realitas yang paling dalam, daripada kita harus mengandalkan kata “percaya”. Kepercayaan seperti itu dapat menuntut manusia untuk hidup ini secara wajar. Tetapi bagiku itu adalah sebuah ketidak-wajaran yang diteriakkan orang banyak!
Andai engkau ingin mengandalkan kata “percaya”, maka kepercayaan itu haruslah selalu berubah –ubah.
Demikian juga, adalah dangkal kata ”iblis” ditafsirkan sebagai benda yang beterbangan di udara. Celakalah coretan tinta yang berbentuk “iblis”. Maafkan aku, iblis! Dalam hatiku yang paling dalam, ingin kubebaskan tuduhan sedemikian besar manusia kepadamu.
Suatu hal yang membuat-ku menyerah adalah “keluguan” para manusia yang menyembah. Lihatlah keluguan anak – anak yang menari di atas panggung untuk sebuah acara yang disebut Natal.
Malam ini aku merasa begitu jauh, mataku dipaksa untuk menengok hal yang sangat lugu di sebuah kota kecil .
Jauh… sangatlah jauh, untuk cepat sampai ke tempat yang dalam seperti ini... aku harus meninggalkan begitu banyak hal yang telah kugeluti.
Karena dimensi ruang dan waktu terlempar sedemikian jauh. Hanya kesadaran-lah yang mampu berperilaku seperti matahari atau komet, yang mampu menjangkau melampaui ruang dan waktu dari berbagai budaya dan tradisi.
Aku memang sangat senang ketika kesadaran-ku dilempar ke sana kemari sedemikian jauh oleh tubuh, agar ia, tingkat kehendakku ini terlatih untuk segala medan dan kecepatan larinya dapat menyerupai kilat .
Unik memang, ada sekelompok orang tua menari–nari di atas panggung demi sebuah nama yang disebut Tuhan. Ya… mengisi hari tua dengan tarian seperti itu sesungguhnya bukanlah hal yang baik untuk melatih kemampuan mencari realitas terdalam.
Mereka ini sedang mengendapkan sesuatu untuk dijadikan rumah surgawi. Ketika hasil endapan mengeras serta menyebar dan mengisi kolam ketidaksadaran, maka mereka akan berteriak dan mengatakan siap merelakan hari tua melewati tubuhnya, dan yang terakhir menghadapi kematian. Sebuah tipuan dari roh akal budi pikiran...

Tidak ada komentar: