Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

25 September 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik (5)

Administratif Kehormatan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan, agar kita ditinggikan. Lalu dari ketinggian, marilah kita turun untuk merendahkan diri… agar kemudian ketinggian kita memiliki tanduk untuk menyeruduk segala kebenaran …Sebuah bisikan roh bagi Pengajar Dunia …Sadarilah itu!

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]

24 September 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik (4)

Semakin pikiran menuju ke kedalaman eksistensi, semakin pula kita tidak dapat memilih apa yang ingin kita tulis dan bicarakan… karena di dalam kedalaman itu segala sesuatunya menyatu…

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]

23 September 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik (3)

Adalah pekerjaan yang tersulit: mengendalikan bendungan pengetahuan yang jebol dan mengalir ke mana–mana… tetapi tidak ada satu pun hidung yang mampu mengendusnya…

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]

22 September 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik (2)

Pengajar yang tidak tahu apa–apa tentang lembaga belajar, adalah pengajar yang memahami apa sesungguhnya belajar

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]

21 September 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik (1)

* Sistem Penilaian adalah sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil… yang malah selalu membuat semua mata rabun terhadap makna kehidupan. Bagi seorang pengajar yang melampaui kehendak dunia, penilaian hanyalah sebuah jembatan untuk menceritakan tentang posisi kemungkinan segala nilai. Bahkan …kebodohan pun tidak lebih buruk daripada kecerdasan seseorang…

Katharsis-holydiary (Kumpulan Epigram)

20 September 2009

...

Pertama dan terakhir, sedemikian singkat, tapi keduanya adalah kebahagiaan terdalam sekaligus duka terdalam. Masa–masa seperti itu adalah masa–masa yang esensial... Kedalaman dari keduanya mampu membuat aku meloncat ke dalam jiwa terdalam manusia… Pencampuran dimensi waktu! Sungguh aneh, potongan–potongan waktu yang pernah kuloncati itu. Aku seperti pingsan dalam waktu yang lama. Segala hal yang pertama dan terakhir selalu merangsangku untuk merangkai perumpamaan–perumpamaan yang dalam. Oh, segala yang kutinggalkan di masa lalu dan perjalanan jauh itu… Aku merindukan semuanya, tapi semangatku untuk berpamitan dan melewatkan setiap selamat tinggal, ternyata lebih besar…

Pernah suatu kali terakhir, aku memagari diriku dalam berhubungan dengan orang lain. Tidak perlulah kita mencari–cari orang untuk berpamitan. Ada baiknya kita meninggalkan sebuah tempat seperti biasanya, agar momen yang akan kita jalani kemudian menjadi yang pertama dan berperumpamaan emas…

Masa laluku… aku merindukan semua hal, terutama tugasku untuk menyembuhkan kebutaan dalam kehidupan… seberang lautan... sedemikian jauhkah engkau?…


katharsis-holydiary

19 September 2009

Penderitaan Yang Dibiarkan Diam

Masa lalu yang dalam... mmh! Ada intan yang terkubur di dalam gunung sekaligus perangkap – perangkapnya. Kita harus berhati – hati! Atau kulihat semuanya terdorong ke dalam kondisi yang mengenaskan. Barang siapa yang dapat menikmati penderitaan yang berlarut–larut, ia akan menemukan kebahagiaan yang dalam pula. Penderitaan yang berlarut–larut, bukan karena sebuah dorongan untuk lebih ambisius dalam mengejar materi dan egoisme. Tapi, penderitaan yang berlarut–larut dan menerpa terus menerus yang dibiarkan diam… Tunggu hingga saatnya nanti, ada gelombang kebahagiaan lain datang menghampiri. Ia bukan kebahagiaan karena kita memperoleh sesuatu di dunia, melainkan memperoleh sesuatu di dalam tingkat–tingkat pikiran... tingkat–tingkat yang semakin dalam… dan menyatu

katharsis-holydiary[22012004_(4) 06:00]

18 September 2009

Menuju Esensialitas Dari Yang Banyak Dan Satu

Segala sesuatu yang berjumlah banyak dan sedemikian berharga untuk-ku sebenarnya karena aku memiliki keinginan besar yang melampaui tubuh dan pikiran. Kulihat yang berjumlah banyak itu tidak akan habis kuteguk dengan tubuhku yang memiliki umur terbatas, maka dari yang banyak harus kupilih satu dan kucari esensialitasnya… Karena banyak dan sedemikian aku menghargainya, maka hal demikian mendorong semangatku untuk mencari sebuah makna yang paling dalam. Sebenarnya sebuah kedalaman tidak terletak pada jumlah yang banyak atau sedikit atau satu... Lebih esensial makna yang membuat kita memenuhi kepuasan akan keinginan kita yang melampaui banyak. Ada baiknya satu, karena di kedalaman dari yang satu ini terdapat yang banyak dan melampauinya… Menuju esensialitas dari yang banyak dan satu… Sepertinya inilah makna kesetiaan terdalam dari sebuah perkawinan. Kesetiaan terdalam yang bukan karena sedemikian banyak kenangan yang menumpuk atau yang melampaui ketertarikan fisik pada akhirnya. Tetapi lebih kepada sebuah kehendak utama yang mencari – cari di mana letak pusat ikatan itu…
Roh Semesta dan pikiran, haruslah bekerja sama dalam diri manusia. Karena di dalamnya ada makna kesetiaan tertinggi. Tidak seperti binatang yang memiliki insting… Letak insting binatang ada di antara Roh Semesta dan pikiran. Apakah binatang memiliki jalan lebih singkat menuju Roh Semesta? Tidak juga. Kehidupan alam yang liar dan memiliki satu hukum peradaban tertentu membuat mereka berbeda dari manusia. Perbedaan ini semakin mencolok karena mereka tidak memiliki pikiran... atau sebagian kecil saja. Binatang memiliki insting untuk berkarya, artinya mereka punya sesuatu yang berbeda dari pikiran manusia yang juga mampu berkarya…
Binatang memiliki cara tersendiri untuk menuju Roh Semesta dengan menjalankan kehendak utama dan turunannya sendiri…


katharsis-holydiary[22012004(4)-06:00]

17 September 2009

Pekerjaan... Jalan Menuju Eksistensi Terdalam18

Sistem kapitalis… sudah sedemikian dalam menancap. Manusia sebenarnya tidak bekerja secara bebas dan universal, melainkan semata–mata terpaksa, sebagai syarat untuk hidup. Jika demikian, maka pada hakekatnya manusia akan terasing dari dirinya sendiri dan orang lain…
Kreativitas menjadi esensial, bahwa produksi massal mengarah kepada pelanggaran eksistensi, bukankah demikian?

Hal ini terjadi karena jumlah penduduk meledak, dan selanjutnya cara berhubungan seksual juga seperti mesin cetak, bukan sebuah kreasi eksistensi. Kenikmatan sistem kapitalis pada seorang pekerja sudah mendunia pada zaman sekarang, sehingga metafisika kuantitas-lah yang tercetak di dalam jiwa setiap orang. Seperti kata–kata: banyak, cepat, nikmat dan jelas adalah deretan kata–kata yang dibutuhkan untuk sebuah mesin cetak. Bagaimana mungkin hakekat jiwa terdalam menjadi seperti sebuah mesin. Ya, sudah sedemikian dalam hal ini menancap ke pada naluri umat manusia… Bahkan dalam naluri bereproduksi pun dilanggar oleh jiwa mesin cetak itu. Jangan–jangan mutasi pikiran dan tubuh dari setiap bayi yang lahir dicemari oleh roh semacam ini?!

Untuk Marx: struktur sosial bukanlah akar dari segala permasalahan. Ia memang menjadi akar dari segala permasalahan ketika kapitalisme mendaratkan cakarnya ke seluruh bumi. Andai kapitalisme tidak ada, maka otomatis metode ilmiah pun tidak ada… Adalah pertanyaan untuk akar dari segala permasalahan, apa sebenarnya?

Tentang kelas, bagaimana pun juga akan ada dan akan terjadi dengan sendirinya. Hanya saja, dalam jiwa terdalam, kita harus memperjuangkan tiap lembar jiwa kita agar tindakan–tindakan kita tidak menganggap itu sebagai sebuah perbedaan yang harus dibedakan. Melainkan perbedaan yang secara eksistensi terjadi dalam kehidupan nyata, yang harus disadari dengan jiwa terdalam. Maka, perjuangan hidup keseharian kita untuk menuju jiwa terdalam, ada pada pekerjaan kita sehari–hari… Pekerjaan di sini berarti segala tindakan kita. Misalnya: bernafas, tidur, melukis, memasak, mengangkat barang, melihat dan bahkan berpikir…

Jadi, pekerjaan di sini ada dua, yang pertama memenuhi kehendak utama: makan, tidur, menghasilkan keturunan, minum, bernafas, bergerak dan lain–lain. Sedang yang ke-dua adalah turunan dari kehendak utama: melukis, membaca, memahat, membangun rumah, memasak dan lain–lain, yang sebenarnya semuanya adalah bersifat eksistensi menuju ke dalam dan berantai.

Bayi yang lahir: pada hari I, sebelum bertindak, ia sudah memiliki kehendak utama. Tapi pada momen yang sangat kecil berikutnya dan seterusnya ia secara perlahan–lahan belajar dengan pikiran untuk menjalankan turunan kehendak utama-nya (kehendak turunan) sampai ia meninggal…


katharsis-holydiary[18012004(7)]

16 September 2009

Kemuliaan Yang Terbalik

Kemiskinan yang membengkak selalu mengundang cawan belas kasihan kepenuhan… Menumpahkan air belas kasihan ke dalam cawan kemiskinan bukanlah pekerjaan yang mudah bagi mereka yang berlebihan materi dan berjiwa dermawan. Selalu kulihat, rasa belas kasihan mereka mengundang petaka… petaka kelumpuhan bagi kedua bela pihak, yang memberi dan yang menerima.

Yang memberi merasa tinggi dan berniat mengajak sebuah kerendahan untuk menjadi tinggi… ketinggian yang berhati mulia, orang–orang menyebutnya! Tapi, bagiku itu semua adalah kemuliaan yang terkutuk… Kemuliaan yang terbalik… Sudah sedemikian tercemar kata “kemuliaan“ itu bagiku… Sedang yang menerima merasa rendah sehingga bercita–cita menjadi tinggi. Kawanan korban yang bernafsu… Apakah begitu menyedihkan engkau memandang kerendahan dari kemiskinan? Inilah pertanyaanku bagi mereka ini.

Tinggi dan rendah yang baru saja kubicarakan memiliki satu jenis ketentuan. Masih banyak jenis tinggi dan rendah lainnya di dunia ini. Dari semua jenis, bagiku hanyalah anak–anak tangga yang lapuk dan anak–anak tangga bayangan, yang kemudian menjadi pijakan sementara untuk-ku. Sesungguhnya sangatlah terpaksa aku menempelkan tapak kakiku di permukaan mereka. Terpaksa sekali aku belajar untuk menjadi pembohong besar… sebuah pangkat dari kemuliaan…


katharsis-holydiary[18012004(7)]

15 September 2009

Jawaban Dari Pencarian Yang Tanpa Jawaban

Bertanya terus–menerus dan mencari alasan pertama dari sebuah tindakan yang berakibat berantai, sebenarnya tidaklah ada jawabannya. Pencarian dan pergerakan terus–menerus itu sendiri adalah jawaban yang sebenarnya. Pada akhirnya, kita akan sangatlah terlatih dalam pencarian itu, bergerak serta berubah dengan sangat cepat. Sesungguhnya ini adalah sebuah pencarian akan refleksi dan sebuah proses menuju penyamaan diri dengan semua mahkluk di bumi. Pencarian itu terpaksa bergerak cepat dan singkat hanya karena dibatasi oleh tubuh… Tubuh sangat lamban… pikiran lebih cepat... tapi Roh Semesta lebih cepat lagi, yang dapat dikatakan sebagai kesetaraan atau kesamaan gerak dengan seluruh mahkluk hidup. Sebuah esensialitas keadilan ada di sana. Barang siapa ingin mencapainya, perjalanan panjang akan terjadi, dan beban–beban akan semakin berat di sepanjang perjalanan tersebut. Kita akan semakin peka dan mampu mendeteksi setiap tindakan dalam mental kita, terutama pada saat mengambil setiap keputusan dalam kehidupan sehari–hari. Baik dalam mengunjungi suatu tempat, bertemu seseorang, kapan berbicara, seberapa lama berbicara, mencari pasangan, diberi gelar penghormatan dan semuanya… Inilah yang kurasakan!

katharsis-holydiary[18012004(7)]

14 September 2009

Kesendirian Yang Meng-herankan

Kesulitan bergaul... semuanya membosankan. Itulah yang kurasakan saat ini. Adalah satu kesatuan; bahwa orang – orang yang memiliki pemahaman yang dalam, selalu menghindar dari keramaian pesta. Bukan karena tidak ada yang mengerti pembicaraannya, bukan juga karena mempertahankan cara berpikir, tidak tahu kenapa ia menjadi demikian… kesendirian yang mengherankan!

Hanya ingin duduk sendiri, tanpa berpikir dan menghindar dari orang banyak. Penampilan, pesta, jalan–jalan rekreasi bersama, semuanya jadi membosankan. Apa penyebabnya karena banyak keinginan dari masa kecil yang tidak terpenuhi? Sehingga beralih untuk berpikir tentang nasib buruk yang menimpa dan bertahan di sana, di dalam kekosongan. Sudah terlalu banyak nilai yang lepas dariku. Sehingga adalah sulit, untuk hidup dalam keramaian yang nilai–nilainya masih tumpang–tindih. Inilah yang terjadi pada filsuf – filsuf sejati. Mungkin ini sejenis penyakit syaraf… penyakit syaraf yang dicita–citakan banyak orang untuk menghadapi kehidupan yang fana ini!


katharsis-holydiary[18012004(7)]

13 September 2009

Musik di Dalam Waktu

Telah kulewati begitu banyak sore di dunia ini, melewatkan dan menikmati siksaan yang menghimpit. Banyak berlian menggelinding di sekitarku, tapi arusnya tidak sesuai dengan waktuku. Andai kuceburkan diri ke dalam, maka perlu waktu yang lama agar ia menjadi satu arus aliran... Tapi tunggu, kenapa ada dua kehendak yang selalu meributkan waktuku? Roh Semesta dan roh tubuh… Bukankah mereka berdua berasal dari satu aliran? Benar adanya, atau itu bukan roh tubuh, tapi nafsu liar yang melabrak ke segala arah… Benar juga adanya. Mari lakukan kehendak utama dan turunan, lalu biarkan roh tubuh yang menuntun. Sepertinya: melewatkan, menemui dan bersama, ada iramanya. Semua itu saling merangkai dengan sebuah irama dan tempo Roh Semesta… Ada lagu di dalam waktu. Lagu yang tidak berisi suara, yang hanya memiliki 2 not: gerak dan diam, yang saling berpilin menjadi satu. Rangkaian gerak dan diam yang seperti apa? Mengikuti kesadaran...

katharsis-holydiary[18012004(7)]

12 September 2009

...

Selepas hujan, wangi sari tetumbuhan hijau menumpuk, kurasakan itu! Damai sekali… Siapa yang berani menggangguku di sini. Ini adalah tamanku. Ada benarnya bahwa manusia berasal dari tanah.
Ketika kembali ke hutan, ia bahagia bertemu dengan segala pembentuk tubuhnya dan tetumbuhan... Pada saat demikian, ia siap kembali menjadi tanah pula!


katharsis-holydiary[18912994(7)]

11 September 2009

Hujan, Kehendak Dalam Seksual dan Akal Budi

Dalam hujan yang lebat dan menyegarkan, manusia kodok... sang betina, keluar, duduk serta menunggu di mulut sarangnya. Kulihat jelas, sel–sel telur di dalam perutnya mengeluarkan listrik perangsang bagi seluruh sel kulitnya. Dengan tangan yang menopang pipi dan sinar mata yang memancar ke segala arah, lalu ia memainkan jari–jari tangannya. Telunjuk di tangan kanan disentuhkan ke setiap celah dari jari tangan kiri. Oh hujan, Lihat! Engkau telah membuat sifat mendamba-nya menyeruak keluar. Dengan bibir berlipat, kedua tangannya perlahan dimajukan ke depan. Ia melenturkan otot–otot pinggulnya agar rangsangannya beralih tegangan. Sebuah puncak impian dari tubuh telah dilewati… Sesaat kemudian, ia ingin tubuhnya dipeluk oleh kehangatan yang lebih keras dan hawa–hawa padat. Telur–telurnya siap dibuahi oleh manusia–manusia kodok jantan… Ya, akselerasi seksual yang tanpa membeda–bedakan!

Ketika salah satu diantara kodok jantan menghampiri, mengoda dan menyentuhnya. Hatinya tiba–tiba terbangun dan memberontak serta membalas “Kurang ajar, kenapa engkau alirkan racun pada tubuh dan pikiranku!” Ini adalah sebuah gerak lempar dua kali dan berbalik… Sebuah kebencian besar pembungkus dari akal budi. Kukatakan: kodok betina ini sudah mandul... Kehendak tubuh yang dikendalikan akal budi pikiran ini sebenarnya sangatlah buruk… Lupa ia pada tugasnya. Ia harus menunggu hujan yang berikut, yang sesuai dengan kehendak listrik dari sel–sel telurnya. Andai seorang perempuan tidak dapat memutar-mutar leher dan matanya, ia akan mengorok–ngorok dan membesarkan otot–otot di lehernya seperti balon, lalu bertingkah laku seperti kodok–kodok betina lainnya di musim hujan…


katharsis-holydiary[18012004(7)]

10 September 2009

Kota... Hasil Kreativitas Akumulasi Dari Segala Sesuatu

Sesungguhnya, kemiskinan yang terjadi pada desa–desa di pinggiran kota, bukanlah sebuah kemiskinan yang negatif, melainkan sebuah keadaan. Sebuah keadaan yang pesimis dan memiliki nafsu global untuk merambah teknologi kota. Dapat terjadi bahwa kota–kota sesungguhnya membawa nilai kesenjangan. Sumber kesenjangan yang dapat mempengaruhi seluruh kehidupan. Di mana ada kota besar, di sanalah cenderung terjadi krisis eksistensi. Karena, formasi kota adalah seperti anak–anak yang lahir dari faham kapitalisme di bidang ekonomi-sosial.

Sebuah kota adalah seperti sang pengumpul… Adanya kota menunjukkan adanya kaum–kaum pengumpul dan usahawan–usahawan besar. Dan adalah benar, pesat perkembangannya, disebabkan karena pergerakan materi–materi yang berjumlah besar, yang berputar – putar di dalamnya, lalu dialirkan keluar untuk menjangkau daerah–daerah sekitarnya. Kota, adalah seperti pasar besar, yang menyebabkan lapangan pekerjaan dan sifat mem-perobjek sesuatu bertambah. Dalam kota, ada kesenjangan materi yang besar, yang sangat melanggar, yang tidak mampu melihat, bahwa pekerjaan sederhana sebagai sebuah keadaan normal bukan sebagai sebuah kehidupan yang sulit. Penanam–penanam sayur, pengumpul–pengumpul rumput dan ranting pohon, yang harus keluar bekerja di pasar–pasar pusat kota adalah pekerjaan yang normal… Yang menjadi masalah, ketika jumlah penduduk di desa dan kota sama banyaknya, orang–orang cenderung ke pusat–pusat kota dan ingin hidup menetap. Apakah ini pergerakan yang alami? Apa yang menyebabkan kecenderungan ini? Apakah kecenderungan ini merupakan asal usul terbentuknya sebuah akumulasi? Apa pun itu, segala sesuatu yang memiliki kecenderungan mengumpul adalah kurang baik. Pola–pola kota yang berbentuk grid merupakan ciri khas kepelitan seorang pengusaha mengefektifkan jalan kegiatan usahanya, bukan karena pertimbangan terhadap fungsionalitas kreativitas subjek. Yang ada pada mereka, hanyalah kreativitas mengumpulkan materi. Apakah ini merupakan sebuah seni, seni mengatur orang? Ini adalah sebuah perbudakan terselubung yang kemudian diatur dalam peraturan – peraturan. Lalu lahirlah undang – undang… dan negara!

Dengan demikian akarnya adalah: subjek telah lumpuh. Yang tidak dibiarkan berkembang dengan melakukan pekerjaannya sebagai cerminan dari dirinya sendiri. Bukan kerja seperti mesin (kuantitatif) untuk mengenyangkan perut seorang pengumpul (majikan). Inilah hambatan terhadap seseorang untuk menuju eksistensinya sendiri. Yang berarti pula melanggar kehendak Roh Semesta… Bukankah kota–kota besar merusak iklim, sehingga musim panen datang tidak tepat pada waktunya di pedalaman? Kota adalah seperti anak–anak negara, yang juga merusak kreativitas objektif. Demikian juga pada arsitektur fungsionalitas, yang dipengaruhi oleh pikiran sang pengumpul!


katharsis-holydiary [18012004(7)]

09 September 2009

...

Cakar anjing dan rupa menyerupai kera. Dengan kedua bola mata berwarna merah besar, seperti lampion pelabuhan. Itulah mahkluk yang muncul dari air yang tertampung di parit pada malam hari. Sebelum kemunculannya, seorang ibu menceritakan bahwa gejalanya bermula dari kejauhan parit, ada gelembung–gelembung air yang muncul di permukaan seperti pada saat orang sedang menyelam. Lalu gelembung–gelembung air itu semakin dekat. Sampai sekitar lima langkah dari sang ibu, mahkluk itu muncul dari air, mahkluk apa itu? Yang dekat kawasan pekuburan… Untuk menghilangkan hal demikian, dipasanglah semacam penangkal, yaitu gumpalan benang merah dengan panjang kurang lebih satu setengah meter dan beberapa panji kecil yang didapat dari kuil dekat rumahnya…??? Penangkal dari ketidak-sadaran pikiran terhadap kehidupan; aku menyebutnya!

katharsis-holydiary [18012004(7)]

08 September 2009

...

Kesendirianku... kelihatannya belum cukup sanggup membuat hatiku memandang adil pada semua tempat. Sekali lagi, bukan berasal dari hatiku, tapi jiwa orang lain yang terletak dalam hatiku… Itu yang membatasi kemampuanku! Aku masih memiliki racun belas kasihan yang tidak seimbang… kebanyakan memang!

katharsis-holydiary [18012004(7)]

07 September 2009

Peradaban Terkutuk

Mari kita sama–sama mencari jalur hidup yang murni, wahai semua sahabat manusia! Karena pekerjaan seperti itu dari hari ke hari semakin sulit… Kesulitan ini-lah yang ditumpuk dunia. Semua itu seperti sebuah endapan yang semakin keras dan meninggi dari hari ke hari. Bahkan, pikiran para pekerja pencari kebijaksanaan pun dapat dibungkamnya. Sesungguhnya, dapat kunamakan monster kesulitan ini sebagai sang pengumpul atau sang penunda, yang terwujud dalam satu roh... roh materi kapital. Dua jenis kawanan inilah yang selalu membuatku muak, yang selalu membuat lambungku mencerna dinding kulitnya sendiri. Lalu, kotoran–kotoran dalam tubuhku menjadi tertahan oleh mereka. Orang–orang ini adalah sang pengatur besar, yang belum selesai tamat belajar. Sesungguhnya, peradaban teknologi kita berjalan lebih lamban dibanding yang sedang berlangsung sekarang ini. Peradaban kita berjalan terlalu cepat, ingin cepat naik kelas kulihat mereka dan bahkan, mereka sering meloncat–loncat melewati beberapa kelas. Sungguh seorang pelajar yang curang... curang terhadap nasehat Roh Semesta.

Jika memang sudah sedemikian terkutuknya peradaban ini, satu–satunya jalan bukanlah memperlambat, memanggil ataupun mendidik satu per satu kawanan pengatur itu tentang kebijaksanaan. Karena tindakan ini, hanyalah menahan gunung endapan itu dan tidak mengalirkannya… Bagi sang pemikir besar, aliran air kebijaksanaanlah yang harus diperkuat arusnya, agar gunung endapan itu bergeser dan terurai lapis demi lapis dari bawah. Kalau perlu, diundang pula badai air terbesar untuk menghantamnya, agar meledak sekalian. Kita akan melihat kemudian, mahkluk–mahkluk aneh dan parasit terhempas keluar dari tumpukan itu, lalu hanyut terbawa air. Tetapi, mahkluk-mahkluk lugu yang baru ikut kelas baru kebijaksanaan akan banyak ikut tersapu, mahkluk–mahkluk yang tanpa dosa itu! Daripada mereka dididik untuk ikut mengendapkan diri dan pikirannya menjadi beracun, lebih baik bibit–bibit ini kita korbankan… Bukankah akan lebih banyak bibit baru yang terbunuh dan tertindih oleh gunung–gunung endapan yang bertahan di pinggir daratan, nantinya... Maka, demikianlah: bahwa haruslah kita mempercepat gerak peradaban terkutuk ini. Aku yang akan memimpin gerakan ini… dan akan kudidik bibit-bibit baru serta kuajari mereka cara hidup yang semuanya mengarah pada cinta eksistensi Roh Semesta… Ketahuilah: dalam kelahiran, pekerjaan, canda, perkawinan, sakit dan kematian, semuanya memiliki satu arus roh… Roh Semesta. Seorang pengajar yang tidak tahan terhadap racun pujian dan penghargaan. Karena, ketika dihargai, ia akan berubah menjadi iblis dan malaikat yang sulit dibedakan… Tapi, semua itu dapat tidak berarti apa – apa.


katharsis-holydiary [16012004(5)]

06 September 2009

...

Harus kita temukan seorang dara, wahai kaum adam! Kita harus telusuri bagaimana rupa terdalam dari eksistensi yang dikandungnya, mahkluk penggoda yang satu itu! Cukup satu, agar perjalanan kita tidak sia–sia. Dan pernah kurasakan, kesetiaan cinta eksistensi ada di ujung perjalanan… Kesetiaan seperti ini tidaklah pernah menuntut sebuah sikap untuk mempertahankan, karena ia merupakan sebuah pekerjaan dari kehendak utama. Seperti halnya kita melakukan pekerjaan demi pekerjaan itu sendiri. Bukankah di sana, dengan sendirinya akan lahir sebuah kesetiaan. Andai, di dalamnya tidak pernah kita tuntut sebuah kehormatan dunia, uang, kekuasaan dan sebagainya. Atau dapat kukatakan: cinta besar tidak mengandung ikatan...

katharsis-holydiary [16012004(5)]

05 September 2009

Tanpa Tujuan... Menemukan Pengetahuan Sejati

Memasuki sebuah wilayah baru dengan satu tujuan untuk observasi, adalah tindakan yang mengkhianati sebuah kedalaman pengetahuan. Tujuan itu akan menjadi pengaduk hukum–hukum tersembunyi yang ada di dalamnya. Mari kita memulai dari awal, dengan lembut, langkah demi langkah, kita tuntun untuk berkenalan dengan kulit luar sebuah kota… Pasar (sebuah komunitas), dan ke mana arus ini membawa kita, maka di sanalah letak daripada sumber pengetahuan yang harus kita cari. Sekarang, yang bermasalah adalah jiwa kita. Apakah ia mampu melihat keterhubungan dari segala hal yang sekaligus tidak memiliki sifat memilih–milih objek pengetahuan?!
Kita memasuki arus kehidupan dari sebuah lingkungan, bukan karena kita yang mengaturnya dengan pikiran. Tapi lihatlah, ada hukum–hukum tertentu yang terselubung di sebuah tempat, mereka akan menjulurkan tangannya untuk menyambut kita… Dengan demikian, seharusnya kita terima pula dengan jiwa terdalam. Maka, semuanya akan berlayar bersama untuk menemukan pengetahuan sejati… Itu adalah sebuah kompromi eksistensi antara kita dan lingkungan. Waktu yang dijadwalkan dan segala target hasil haruslah disingkirkan. Karena, itu hanya menimbulkan rasa curiga, salah faham dan terakhir, ia akan melanggar hukum terselubung dari lingkungan itu. Sesungguhnya, semua pekerjaan dapat disebut pekerjaan pengamat kehidupan dan menuliskannya…


katharsis-holydiary [16012004(5)]

04 September 2009

Langkah Terakhir

Ingin kuselesaikan sisa jembatan yang hanya tinggal sejengkal ini… Sejengkal yang sangat berguna, sejengkal agar tiap jengkal sebelumnya menyadari keberadaannya. Tapi, sejengkal ini begitu berat, seperti semua jenis jiwa berpelukan, bercampur dan duduk di atas papan yang terakhir ini. Inilah perumpamaanku untuk kesederhanaan dalam kemiskinan. Yang begitu mirip dengan Roh Semesta. Menjalani tanpa memahami, apakah itu disebut memahami?! Harus kubedakan roh yang satu ini dengan Roh Semesta-ku. Roh Semesta-ku adalah Roh Semesta yang menguasai segalanya, serta memiliki seribu mulut dan seribu telinga yang tumbuh di sekujur tubuhnya. Lalu ia siap untuk berbicara tentang hal–hal besar dan mendengar tentang hal–hal besar pula... Tanpa terikat oleh kesederhanaan dan kemewahan...

katharsis-holydiary [15012004(4)]

03 September 2009

...

Segala nilai telah banyak yang pergi dariku, lalu aku diantar untuk mengunjungi hutan–hutan terpencil dan kutemui orang–orang di sana. Sebenarnya, bukan kemiskinan materi yang sangat dekat dengan Roh Semesta, tapi kesederhanaan dalam kemiskinanlah yang merupakan sahabat dekat Roh Semesta… Demikian juga: sebenarnya bukan kekayaan materi yang sangat jauh dari Soh Semesta, tapi kemewahan dalam kekayaanlah yang merupakan sahabat jauh dari Roh Semesta… untuk manusia–manusia sekarang!
Antara kesederhanaan dan kemewahan di belakangnya berdiri diam Roh Semesta…


katharsis-holydiary [15012004(4)]

02 September 2009

Penghakiman Kebahagiaan Duniawi

Langkah terpenting adalah: harus kutinggalkan nilai-nilai keburukan pada diriku sendiri. Agar kebaikan orang lain tidak dapat menyusup ke dalam diriku sebagai sang penilai, terutama terhadap sang miskin materi. Tapi, manusia sekarang, hampir seluruhnya dirasuki oleh roh materi… sebuah kutub ekstrim penilaian. Sebuah kutub kanan yang digeser hingga dijadikan sebagai sebuah titik penyeimbang. Bagaimana mungkin? Maka, ini akan menjadi penghalangku. Harus kuseret keluar manusia–manusia yang seperti ini dari perut malaikat kebahagiaan materi… Harus kusebarkan surat–surat perjanjian kepada setan–setan sakit penyakit dan penderitaan, untuk kupinjam golok berkelok mereka. Kemudian, dengan golok itu, kubelah perut yang semakin membuncit itu hingga seluruh isinya berhamburan keluar. Kuperas usus yang berisi koin–koin emas hasil penghisapan dari orang–orang bawah. Kuhancurkan pula mesin dalam lambungnya, agar mereka tidak dapat mencerna benih–benih kebahagiaan duniawi dengan baik. Dan terakhir, kantong kotorannya yang berisi tumpukan kebahagiaan kulempar ke laut dalam agar kebahagiaan sejati yang menghakimi-nya…

Wahai manusia! Sakit penyakit dan penderitaan adalah peringatan dari Roh Semesta… Andai ini yang menimpa kita… bersyukurlah dan berdamailah! Agar ia menjadi tangga–tangga pijakan kita menuju kesadaran lebih tinggi.


katharsis-holydiary [15012004(4)]

01 September 2009

Belas Kasih Dunia dan Cinta Eksistensi

Malam ini, perjalanan hingga hari ini. Kenapa rasa keterikatanku begitu besar?! Keterikatan eksistensi… Apakah belum kering semua sari yang kusedot di setiap tempat? Atau ketika keterikatan membesar hingga titik tertinggi, itu pertanda aku harus meninggalkan suatu tempat? Oh... selama aku berada di kota ini; hanyalah kusentuh beberapa tempat, tapi sedemikian besar mereka menyeretku. Aku ingin kembali kepada semua masa–masaku bersama segalanya: sang kakek bermata segitiga, sang pengantin lintah, batu pegunungan, pondok–pondokku, sapi, beberapa gadis kecil yang kutemui secara kebetulan, mayat sang anjing air dan semuanya yang sulit kuingat satu per satu…
Kesederhanaan eksistensi-kah yang terus menahanku? Harus kurencanakan masa–masa sulit selanjutnya, agar segera kutemui sahabat sejati.

Kemiskinan hidup mempengaruhi perilaku seseorang, tapi selalu saja kita mengatakan bahwa keadaan itu sesuatu yang buruk. Bagiku, semua itu hanya sebuah keadaan, bukan perbedaan. Di antara sekian banyak keadaan, kebaikan sejati ada di belakang keterus-terangan. Untuk orang–orang yang berlebihan materi: hal ini justru akan sedikit sulit dicapai. Ada banyak lapisan–lapisan yang menyamar diri, periksalah ke dalam diri kita masing–masing! Akan kita dapati kemudian, beberapa kesalahan yang saling menuduh dan saling menolak, lalu lahirlah ilusi kebenaran.
Apakah ini sebuah belas kasihan atau cinta eksistensi, oh malam?!
Aku kesulitan memilah dua rupa ini yang begitu mirip. Kulihat mereka duduk berdua sambil bermain dengan jari–jemari tangannya sepanjang hari…
Begitu asyiknya permainan, mereka kadang lupa pada sebuah diri yang sedang kebingungan untuk membawa salah satunya pergi. Lama kuamati permainan mereka. Samar – samar, kulihat di belakang mereka, satu sosok lagi tersembunyi. Ia seperti sebuah kecemasan yang berkeinginan untuk mengabarkan sesuatu… mengabarkan tentang ketabahan hidup. Sebuah bungkusan yang sangat rapat. Dan terakhir, aku menemukan sosok ini hidup dalam tiap pikiran manusia. Agar dapat kuseret keluar sosok tersembunyi ini, harus kulepas satu per satu selubung–selubung yang ada. Lembaran–lembaran yang saling bertautan seperti pembungkus kado ulang tahun. Setiap jengkal tulisan yang terukir di atasnya harus kubaca dengan kaca pembesar Roh Semestaku. Agar kemudian, aku dapat tiba pada inti permainan mereka. Dan akan kulihat dari dekat siapa di antara mereka berdua ini yang paling buruk rupanya…


katharsis-holydiary [15012004(4)]