Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

29 Desember 2009

...

Pagi ini, aku kembali dari perjalanan pendekku, yang bagiku sangat memuakkan. Empat hari melewati tiga kota dengan tubuh yang menghimpit Roh Semesta. Rasa muak yang memusuhi segala manusia. Tapi, apapun itu, segala kondisi dunia saat ini sedang berada pada lereng yang menurun setelah baru saja melewati puncak… Menurun menuju kehancuran dari sebuah zaman besar yang telah berjalan berjuta tahun lamanya. Ya, sebuah mahkluk raksasa yang aku sebut kesadaran pikiran yang berasal dari akal budi. Ia sebanding dengan mahkluk manusia yang berumur 40 tahun saat ini!!! Salah satu penanda pada usia menuju tua ini adalah kuasa kepemilikan (roh kapital) manusia terhadap segala sesuatu. Sebuah kekuatan dan jalinan besar pun sudah terjadi dari sekumpulan manusia… negara. Bahkan seorang pencari kebijaksanaan pun bisa ditangkap dan dikurung ketika berada di sebuah ruang terbuka di tengah kota. Jalan singkat bagi tubuh pengembara pun terbatasi… sebuah jalan lain haruslah dicarinya, agar ia tetap mengembara…
Tidakkah apa yang dicari melampaui ruang dan waktu? Tidakkah pula Roh Semesta dengan kendali daya final dapat ditemukan kapan saja, di mana saja, dan bagaimana pun caranya?
Maka demikianlah, bagi sang pengembara pada zaman ini: “Temukanlah daya final melalui apapun yang ada di sekitarmu, karena dari mana datangnya segala hal, pengetahuan berlimpah ruah akan datang menghampiri-mu dalam perjalanan menuju Roh Semesta”.


katharsis-holydiary [12092005_(1)]

22 Desember 2009

...

Dari segala hal konkret pada zaman terbaru (sampai kapan pun nanti) dapat kita telusuri dengan daya final hingga bertemu Roh Semesta di puncak… di dalam segala hal yang konkret tersebut!
Kadang, memikirkan tentang dimensi eksistensi di dalam sebuah kamar yang terbuat dari bahan–bahan yang menempuh siklus panjang dari tangan manusia, membuatku merasa ada sandungan dalam tubuhku. Sandungan yang mengungkung, yang menyesakkan segala insang penarik nafas dalam otak. Ya… terutama ketika berenang dalam wilayah eksistensi. Ini juga salah satu sebab yang membuat perjalananku tertutup kabut dan sedikit panjang. Tapi aku telah menyadarinya, roh yang mengungkung itu. Tidakkah mereka–mereka ini adalah sesuatu yang masih sangat muda dalam tangga klasifikasi dunia daya final…? Tangga–tangga yang sudah menjulur sedemikian panjang itu, sekarang ini telah bercabang begitu banyak. Hanya Roh Semesta yang ditunggangi daya final yang mampu meloncat dan menapaki cabang – cabang yang menyesatkan tubuh kita… Karena tubuh sama nyatanya dengan benda–benda itu, lebih tua daripada mereka

katharsis-holydiary [11092005_(7)]

19 Desember 2009

Pencarian Ke Dalam... Refleksi Keluar

Menjelang siang, kenapa semuanya tiba – tiba menjadi tanpa arah? Sudah sepanjang malam hingga pagi ini, pikiran dan tubuhku terus menggali dan mencari, tapi roh semesta enggan keluar dari gua persembunyiannya di balik segala hutan roh yang halus. Kekonkretan tubuhku yang tenggelam oleh pencarian itu kehilangan kendali, baik ketika diam maupun bergerak… Dengan biji mata yang bergulir ke dalam rimba pikiran, tubuh sesungguhnya terlempar keluar dari dunianya.
Tubuh adalah media seperti halnya bahasa yang diturunkan oleh tubuh itu sendiri… Sebuah media perantara yang merefleksikan alam semesta yang berada di luar ke dalam diri sendiri… Pada saat kelahiran sebuah tubuh, di dalamnya telah terkubur roh – roh yang sangat halus tentang segala benda…
Pencariannya keluar, hanyalah untuk melatih KEsadaran terhadap dirinya sendiri (tubuh) bahwa ada satu puncak yang sama, baik dalam maupun luar. Kusadari sekarang, kenapa perjalananku kali ini tidak dapat terefleksi dengan baik! Ada keinginan untuk mencari di dalam pikiran, sehingga melahirkan keengganan berhubungan dengan alam luar, maka tubuhku sebagai media, kehilangan arah tujuannya… Kusebut ini kondisi yang menggantung. Jangkau refleksiku terlalu sempit, sehingga segala yang lembut dan dalam di sekitar tubuhku pun enggan berbicara ke dalam tempat – tempat terpencil pada semesta kecilku…


katharsis-holydiary [11092005_7]