Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

02 Oktober 2010

...

Sebuah tradisi mengatakan “Janganlah engkau menghadapkan kakimu pada tempat–tempat sakral, karena itu akan mencelakakanmu”. Ya, bagiku omong kosong ini hampir berada pada semua setan budaya tradisi.
“Sejak kapan kepala lebih berharga dari pada kaki, wahai kalian orang – orang suci! Celakalah bagi sang kaki dalam ajaran kotormu itu!”
katharsis-holydiary [12092005_(1)]

01 Oktober 2010

...

*Segala benda konkret di dunia ini adalah terpisah–pisah secara fisik, itu jelas untuk mata kita, tapi di belakang semua itu ada jalinan yang tidak terlihat dan begitu kompleks dan menyatu…

*Sesungguhnya manusia adalah arus yang tercemar, tidakkah manusia itu sejenis dengan para homoseksual? Manusia bukanlah sebuah puncak dari evolusi. Di mata daya final, manusia adalah para homoseksual itu!

katharsis-holydiary [12092005(1)]

26 September 2010

...

*Orang benar pasti untung, bahagia dan sukses dalam hidup, kalimat terkutuk apa ini?!

*Segala perbuatan adalah memenuhi daya final adanya, yang melenceng hanyalah ketakkendalian terhadap segala perbuatan tersebut!

*Adalah hal yang membunuh daya final, jika menarik tubuh sedemikian cepat dengan jiwa kita… Dengan perlahan, segala dunia sangat bebas untuk kita datangi…

29 Desember 2009

...

Pagi ini, aku kembali dari perjalanan pendekku, yang bagiku sangat memuakkan. Empat hari melewati tiga kota dengan tubuh yang menghimpit Roh Semesta. Rasa muak yang memusuhi segala manusia. Tapi, apapun itu, segala kondisi dunia saat ini sedang berada pada lereng yang menurun setelah baru saja melewati puncak… Menurun menuju kehancuran dari sebuah zaman besar yang telah berjalan berjuta tahun lamanya. Ya, sebuah mahkluk raksasa yang aku sebut kesadaran pikiran yang berasal dari akal budi. Ia sebanding dengan mahkluk manusia yang berumur 40 tahun saat ini!!! Salah satu penanda pada usia menuju tua ini adalah kuasa kepemilikan (roh kapital) manusia terhadap segala sesuatu. Sebuah kekuatan dan jalinan besar pun sudah terjadi dari sekumpulan manusia… negara. Bahkan seorang pencari kebijaksanaan pun bisa ditangkap dan dikurung ketika berada di sebuah ruang terbuka di tengah kota. Jalan singkat bagi tubuh pengembara pun terbatasi… sebuah jalan lain haruslah dicarinya, agar ia tetap mengembara…
Tidakkah apa yang dicari melampaui ruang dan waktu? Tidakkah pula Roh Semesta dengan kendali daya final dapat ditemukan kapan saja, di mana saja, dan bagaimana pun caranya?
Maka demikianlah, bagi sang pengembara pada zaman ini: “Temukanlah daya final melalui apapun yang ada di sekitarmu, karena dari mana datangnya segala hal, pengetahuan berlimpah ruah akan datang menghampiri-mu dalam perjalanan menuju Roh Semesta”.


katharsis-holydiary [12092005_(1)]

22 Desember 2009

...

Dari segala hal konkret pada zaman terbaru (sampai kapan pun nanti) dapat kita telusuri dengan daya final hingga bertemu Roh Semesta di puncak… di dalam segala hal yang konkret tersebut!
Kadang, memikirkan tentang dimensi eksistensi di dalam sebuah kamar yang terbuat dari bahan–bahan yang menempuh siklus panjang dari tangan manusia, membuatku merasa ada sandungan dalam tubuhku. Sandungan yang mengungkung, yang menyesakkan segala insang penarik nafas dalam otak. Ya… terutama ketika berenang dalam wilayah eksistensi. Ini juga salah satu sebab yang membuat perjalananku tertutup kabut dan sedikit panjang. Tapi aku telah menyadarinya, roh yang mengungkung itu. Tidakkah mereka–mereka ini adalah sesuatu yang masih sangat muda dalam tangga klasifikasi dunia daya final…? Tangga–tangga yang sudah menjulur sedemikian panjang itu, sekarang ini telah bercabang begitu banyak. Hanya Roh Semesta yang ditunggangi daya final yang mampu meloncat dan menapaki cabang – cabang yang menyesatkan tubuh kita… Karena tubuh sama nyatanya dengan benda–benda itu, lebih tua daripada mereka

katharsis-holydiary [11092005_(7)]

19 Desember 2009

Pencarian Ke Dalam... Refleksi Keluar

Menjelang siang, kenapa semuanya tiba – tiba menjadi tanpa arah? Sudah sepanjang malam hingga pagi ini, pikiran dan tubuhku terus menggali dan mencari, tapi roh semesta enggan keluar dari gua persembunyiannya di balik segala hutan roh yang halus. Kekonkretan tubuhku yang tenggelam oleh pencarian itu kehilangan kendali, baik ketika diam maupun bergerak… Dengan biji mata yang bergulir ke dalam rimba pikiran, tubuh sesungguhnya terlempar keluar dari dunianya.
Tubuh adalah media seperti halnya bahasa yang diturunkan oleh tubuh itu sendiri… Sebuah media perantara yang merefleksikan alam semesta yang berada di luar ke dalam diri sendiri… Pada saat kelahiran sebuah tubuh, di dalamnya telah terkubur roh – roh yang sangat halus tentang segala benda…
Pencariannya keluar, hanyalah untuk melatih KEsadaran terhadap dirinya sendiri (tubuh) bahwa ada satu puncak yang sama, baik dalam maupun luar. Kusadari sekarang, kenapa perjalananku kali ini tidak dapat terefleksi dengan baik! Ada keinginan untuk mencari di dalam pikiran, sehingga melahirkan keengganan berhubungan dengan alam luar, maka tubuhku sebagai media, kehilangan arah tujuannya… Kusebut ini kondisi yang menggantung. Jangkau refleksiku terlalu sempit, sehingga segala yang lembut dan dalam di sekitar tubuhku pun enggan berbicara ke dalam tempat – tempat terpencil pada semesta kecilku…


katharsis-holydiary [11092005_7]

17 November 2009

Kegilaan Seorang Seniman

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang semalam, tibalah aku di sebuah kota kecil dimana orang menyebutnya sebagai kota seniman. Dan pagi tadi, setelah kutelusuri sebagian dari kota ini… Sengaja aku menunggu apa yang ingin dikatakan daya final-ku terhadapnya… terhadap segala roh yang beterbangan di kota ini…?

Seperti halnya orang–orang dunia yang berbuat dan mencipta, demikian pula yang terjadi pada kota ini. Segala hal yang dilakukan selalu mengarah pada kegunaannya untuk diperdagangkan, bukan kegunaan untuk mengekspresikan diri… Ada juga yang berkarya untuk mengekspresikan diri lalu kemudian untuk diperdagangkan. Tapi bagiku, kedua jalan tersebut tetap memiliki hubungan yang cacat antara sang manusia dan karya–karyanya. Yang pertama tadi memiliki kecenderungan untuk terjadi pada orang–orang yang memiliki perekonomian rendah, dimana berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Sedang yang kedua, memang lebih mungkin terjadi pada orang–orang yang memiliki perekonomian yang lebih mapan, karena ia memiliki kemungkinan waktu lebih untuk memikirkan karyanya dan tidak memiliki kecemasan terhadap kebutuhan pokok!

Kembali, bagiku ke dua jenis manusia tadi tidak mengerti ekspresi dari segala benda yang digunakannya dalam berkarya. Jenis pertama, benda–benda “disakiti” dan dipaksa untuk memenuhi kebutuhan kuantitas manusia. Dan yang ke-dua, benda–benda “dipaksa” untuk melayani kualitas dari cita–cita dan kegilaan dari sang penciptanya (seniman).
Jenis pertama adalah sang roh kapital, tapi apa sesungguhnya mahkluk jenis ke-dua yang disebut seniman itu?

Seperti seorang Blanco yang terkenal di kota ini. Ia sesungguhnya tidak ada bedanya dengan para pelukis jalanan yang sering kutemui.
Sebuah kompleks bangunan seperti istana telah diwujudkan, tapi selalu kucium aroma kebesaran tidak terletak pada kualitas kegilaannya.
Kebesarannya, seperti pada orang – orang terhormat lainnya, tidak terletak pada kualitas kedalaman dari sebuah karya, tetapi lebih kepada kepemilikan (materi + kehormatan dunia) yang menunjang karya! Inilah sebuah krisis raksasa pada segala pekerjaan: dimana pekerja, hasil kerja, nilai kerja dan sang penilai masing–masing tertipu oleh sesuatu yang sama dalam dirinya sendiri… mmg! Bahkan, setelah ilusi kepemilikan telah dibersihkan dalam diri mereka, masih ada jurang – jurang curam dan jalan–jalan sesat yang tak terlihat pada kualitas kedalaman dari karya itu sendiri. Di dalam sana… di dalam diri Blanco itu sendiri, melalui lukisan–lukisan, dia berusaha memenuhi kehendak dalam seksual-nya yang paling dalam dan paling pribadi… Sebuah variasi kenikmatan ingin disadari, dicari dan dinikmatinya dalam gua–gua hasrat tubuhnya yang paling gelap dan kelam… Sebuah pencarian dan pengejaran yang tiada habis–habisnya… Hasrat seksual yang tak pernah terpuaskan… Terjebak hingga menjelang ajal dalam kebermaknaan liar imajinasi; aku menyebutnya! Dia lupa akan kehidupan. Beginilah kiranya pandangan yang sempit dan dalam dari jiwa segala seniman!

katharsis-holydiary [10092005_(6)]

11 November 2009

...

Berhenti di sebuah banjar… ya aku memang lebih menyukai perjalanan ketimbang tujuan dari perjalanan itu sendiri. Daerah–daerah alam pariwisata yang diperjual-belikan merupakan cacat tersendiri bagiku. Karena dengan adanya tubuh, segalanya ingin dikuasai manusia?…

Siang hari yang terik, kembali diriku terbenam ke dalam kesendirian… Bicara soal pembunuhan dan kematian, sesungguhnya semua itu sama entengnya dengan makan, hanya saja karena kita memiliki tubuh pula semua itu menjadi berat!

Mmmg… dengan sendirinya dan sangat alami bahwa segala upacara dan pertemuan ritual hanyalah perbuatan yang disuguhkan kepada turunan–turunan kita. Lalu ketika beban hidup datang, segala perbuatan itu pun menjadi tempat pelarian bagi jiwa–jiwa yang berat…

katharsis-holydiary [09092005_(5) ]

Serangan Dari Dunia Manusia

Terbangun di subuh hari, aku merasakan kesendirian yang menyesakkan…Beban hati dan pikiran yang hampa dan tanpa arah. Aku memahami apa yang terjadi dengan diriku. Kesadaran pikiran atas dunia manusia ingin merebut kembali keramaiannya. Segera harus kutemukan teman–teman halusku di balik pagi yang akan menjelang…

katharsis-holydiary [09092005_(5) 05:05]

Ketidak-sadaran Orang Suci

”Penggiring”, demikianlah orang suci itu menyebutnya. Dengan rambut yang ditakdirkan panjang seperti tak terurus, lengket dan kering, dia mengakui bahwa semua itu rahmat dari sang pengiring… Kemana dia pergi, adalah tanpa tujuan…! Dia sesungguhnya bukanlah orang suci, bagiku ia sama seperti sebelumnya. Dari seseorang yang tak mampu berpikir sadar dengan pikiran, lalu terlempar tetap tak mampu berpikir sadar dengan pikiran… Dari ketidak-kendalian atas perbuatan yang dinilai buruk / kotor oleh dunia manusia hingga ketidak-kendalian atas perbuatan yang dinilai baik dan suci oleh dunia manusia… Kedua tak-kendalian ini berada di sepanjang hidupnya hingga kini… Tidakkah selama ini dia hidup lebih banyak menggunakan naluri, sebuah indikator KEsadaran yang tidak bergerak pada alam KesadaraN.Sebuah kondisi di mana alam sadar kalah bersaing dengan naluri…

katharsis-holydiary [08092005_(7) ]

04 November 2009

Jiwa Bebas

Aku sedang memikirkan apa yang disebut jiwa bebas dari daya final-ku… Jiwa bebas, sesungguhnya berada di dalam kontrol nilai dalam dunia manusia, baik itu nilai subjektifitas kita, objektif maupun tradisi. Tapi andai demikian halnya, bukankah hari ini aku seharusnya tidak berada di sini… di bawah pohon yang kering ini?! Jiwa bebas membuat gerak tubuh kita tanpa arah, karena pikiran daya final juga sangat bebas, bahkan pikiran jenis ini merupakan kerajaan dari segala jenis pikiran dalam kehidupan ini. Lalu, bagaimana tubuh fisik ini harus bergerak? Apa aku harus mendiamkan dan membiarkan mulutku berbicara tentang ketinggian–ketinggian yang terselubung di dalam baik dan buruk? Ini adalah nasib besar bagi sang tubuh. Daya final harus memilih jalan untuknya agar Ia pun dapat bekerja dengan baik di dalamnya… di dalam satu unit kecil dari konstelasi alam yang disebut tubuh itu… Andai daya final selalu bebas dan utuh, maka bukankah tubuh bebas berada di mana saja?

Hal ini tentu membuat tubuh tidak dapat mengambil keputusan (gerak). Ia menjadi sangat pasrah dan tergantung pada segala sesuatu di luarnya… Jika memang demikian, bukankah kehidupan tidak pernah ada andai segala unit yang terjalin dalam konstelasi alam ini masing–masing saling mempengaruhi? Juga, tidak akan ada mobilitas apa pun pada segala benda konkret di dalam dunia ini, andai semuanya terlahir telah memahami daya final dan mungkin kelahiran (fisik) itu sendiri pun sebenarnya tidak akan ada…

Maka, sesungguhnya segala hal yang konkret juga sangat menentukan nasib besar dari jiwa bebas daya final… Pertanyaan utama: Kenapa segala benda (fisik konkret) itu ada bersama–sama dengan daya final dalam kehidupan ini?

Tunggu… kutunda dulu pencarian ini dalam pikiranku. Baru saja aku merasa seolah jiwaku turun kepada segala sesuatu di sekitarku: sapi, pohon, goyangan rumput dan sebagainya… Kulihat pohon yang memayungi sepedaku saling berbicara.

Mereka memang tidak memiliki alat indera yang berwujud fisik layaknya manusia, tapi daya final-ku telah turun dan membuat indera fisikku berfungsi layaknya tidak seperti manusia, tapi berfungsi pada tatanan yang lebih general.

“Kita semua sesungguhnya bagian dari kehidupan ini, termasuk campuran logam dan plastik yang membentuk sepeda melalui tangan manusia. Kita semua berada dalam konstelasi segitiga daya final, dan sepeda adalah mahkluk junior dari keluarga besar kita” bisik sang pohon kepadaku sambil dengan lembut menggoyangkan seluruh batang daunnya…

Ya, memang sering kulihat ia menyisir rambutnya itu dengan angin, tidak seperti manusia!… Terakhir, kita berdua saling menatap dan tersenyum, tapi dengan lengkung bibir yang berbeda…

katharsis-holydiary [08092005_(7) 09:30]

03 November 2009

Kerinduan

Hari ini, perjalanan kumulai lagi. Di bawah sebuah pohon aku beristirahat setelah menempuh perjalanan sekian panjang. Apa yang kucari di hamparan padang rumput ini, hanyalah ingin menemukan kembali pengalaman liarku dengan alam! Ke mana perginya pengalaman yang hening itu? Aku sungguh merindukannya. Biar kudiamkan diriku sejenak… Kenapa begitu sulit untuk menemukan kembali keinginanku? Ada kebimbangan-kah?

Sudah satu jam aku duduk di bawah pepohonan ini, tapi tidak sesuatu pun yang kutemukan? Masa-masa kesendirianku yang membahagiakan, di manakah semua itu terkubur? Memang hal ini kadang sulit aku munculkan sendiri, harus ada alam yang membantuku… Kuharap sore nanti, segala yang tersembunyi dalam diriku dapat tampil kembali. Di dalam layar pikiranku, sekaligus di atas kertas-kertas kosongku ini. Aku ingin bisikan dari bibir Ia yang lembut…


katharsis-holydiary [08092005_(7) 09:30]

31 Oktober 2009

Menuju Ke-Utuhan Diri

Memulai adalah sulit dan memerlukan perjalanan yang panjang…
Untuk memulai, engkau harus dapat menjawab seluruh pertanyaan di alam semesta ini…
Apakah engkau sanggup menangkap pertanyaan dan jawaban terhalus yang beterbangan dalam jiwamu?

Aaah… aku tidak dapat mengontrol segala pertanyaan yang mendobrak ke dalam pikiranku, demikian juga jawabannya… Berantai mereka bermunculan menentukan jalan hidupku… untuk menuju ke-Utuhan diriku.


katharsis-holydiary [08092005(7)-4:47]

30 Oktober 2009

Kritik Kepada Kaum Terdidik [25]

Sering kulihat sistem kelembagaan dari belajar menjadi cambuk bagi segala orang dunia untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut… Tapi, tidakkah mereka hanya menumpang dan bergelantungan di pintu kereta pengetahuan untuk mencapai kehormatannya sendiri …Dan ketahuilah, kehormatan adalah anak dari roh kapitalis.

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]

Kritik Kepada Kaum Terdidik [24]

Membaca untuk tahu dan mengerti tentang banyak hal adalah perjalanan panjang menuju induk dari segala pengetahuan …yang bahkan mengambil waktu 1000 tahun dari kehidupan manusia …Tapi sesungguhnya, melalui 1 hal saja kita sanggup mencapainya …yaitu melalui kesadaran akan makna utuh kehidupan…

katharsis-holydiary [kumpulan epigram]