Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

10 September 2009

Kota... Hasil Kreativitas Akumulasi Dari Segala Sesuatu

Sesungguhnya, kemiskinan yang terjadi pada desa–desa di pinggiran kota, bukanlah sebuah kemiskinan yang negatif, melainkan sebuah keadaan. Sebuah keadaan yang pesimis dan memiliki nafsu global untuk merambah teknologi kota. Dapat terjadi bahwa kota–kota sesungguhnya membawa nilai kesenjangan. Sumber kesenjangan yang dapat mempengaruhi seluruh kehidupan. Di mana ada kota besar, di sanalah cenderung terjadi krisis eksistensi. Karena, formasi kota adalah seperti anak–anak yang lahir dari faham kapitalisme di bidang ekonomi-sosial.

Sebuah kota adalah seperti sang pengumpul… Adanya kota menunjukkan adanya kaum–kaum pengumpul dan usahawan–usahawan besar. Dan adalah benar, pesat perkembangannya, disebabkan karena pergerakan materi–materi yang berjumlah besar, yang berputar – putar di dalamnya, lalu dialirkan keluar untuk menjangkau daerah–daerah sekitarnya. Kota, adalah seperti pasar besar, yang menyebabkan lapangan pekerjaan dan sifat mem-perobjek sesuatu bertambah. Dalam kota, ada kesenjangan materi yang besar, yang sangat melanggar, yang tidak mampu melihat, bahwa pekerjaan sederhana sebagai sebuah keadaan normal bukan sebagai sebuah kehidupan yang sulit. Penanam–penanam sayur, pengumpul–pengumpul rumput dan ranting pohon, yang harus keluar bekerja di pasar–pasar pusat kota adalah pekerjaan yang normal… Yang menjadi masalah, ketika jumlah penduduk di desa dan kota sama banyaknya, orang–orang cenderung ke pusat–pusat kota dan ingin hidup menetap. Apakah ini pergerakan yang alami? Apa yang menyebabkan kecenderungan ini? Apakah kecenderungan ini merupakan asal usul terbentuknya sebuah akumulasi? Apa pun itu, segala sesuatu yang memiliki kecenderungan mengumpul adalah kurang baik. Pola–pola kota yang berbentuk grid merupakan ciri khas kepelitan seorang pengusaha mengefektifkan jalan kegiatan usahanya, bukan karena pertimbangan terhadap fungsionalitas kreativitas subjek. Yang ada pada mereka, hanyalah kreativitas mengumpulkan materi. Apakah ini merupakan sebuah seni, seni mengatur orang? Ini adalah sebuah perbudakan terselubung yang kemudian diatur dalam peraturan – peraturan. Lalu lahirlah undang – undang… dan negara!

Dengan demikian akarnya adalah: subjek telah lumpuh. Yang tidak dibiarkan berkembang dengan melakukan pekerjaannya sebagai cerminan dari dirinya sendiri. Bukan kerja seperti mesin (kuantitatif) untuk mengenyangkan perut seorang pengumpul (majikan). Inilah hambatan terhadap seseorang untuk menuju eksistensinya sendiri. Yang berarti pula melanggar kehendak Roh Semesta… Bukankah kota–kota besar merusak iklim, sehingga musim panen datang tidak tepat pada waktunya di pedalaman? Kota adalah seperti anak–anak negara, yang juga merusak kreativitas objektif. Demikian juga pada arsitektur fungsionalitas, yang dipengaruhi oleh pikiran sang pengumpul!


katharsis-holydiary [18012004(7)]

Tidak ada komentar: