Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

08 November 2008

Pertemuan Dengan Seorang Pemuda Dan Orang Tua

Dalam perjalanan pulang, melewati jalan sempit, aku bertemu dengan seorang wanita tua. Lalu kami saling menyapa. Tidak lama sampailah aku pada batas dari daerah perumahan. Seseorang yang sedang duduk di teras rumah menyapaku:
“Dari mana saja engkau, wahai orang asing?”
Lalu aku menjawab “Aku baru berkunjung ke dalam jiwa seorang pejalan, temanku”.
Satu pertanyaan habis dijawab, ia lanjut bertanya dan bertanya terus. Dan, akhirnya aku menganggap ini sebagai sebuah panggilan untuk kehendakku. Sahabat bagi kehendakku yang ingin bicara, bukan diriku yang ingin bicara.
Cerita berlanjut, aku diundang untuk duduk di teras rumahnya, berbicara tentang pekerjaan, umur, situasi masyarakat yang makin terpuruk dan miskin. Pemuda ini sendiri hanyalah seorang penggali tanah dan pemotong rumput yang bekerja di ladang orang. Dia berbicara begitu banyak tentang dirinya.
Apakah ia sedang bertanya walau tidak kelihatan bertanya?
Apapun itu selalu kunetralkan dan kutunjukkan jalan tengah baginya. Sekaligus kujabarkan segala topeng dari kekayaan dan kemiskinan. ”Orang cina” demikianlah yang sering ia ucapkan dan dia banggakan. Bagaimana engkau bisa bangga jadi orang kaya?
Pembicaraan dan diskusi kubukakan, aku telah menunjukkan jalan bagi dia yang selalu berpikir hidupnya dalam lorong gelap.
Sang pemuda berkata: “Selalu saja, ketika aku duduk–duduk sendiri, aku selalu memikirkan nasib dan masa depan anak–anakku… akan jadi apa mereka? Aku sudah hidup dalam keadaan seperti ini berpuluh – puluh tahun”.
Kusambut itu: apapun itu, selama ini pekerjaan adalah nomor satu dibanding dengan kekayaan… dan tidaklah kita perlu memikirkan bagaimana mendapat penghasilan yang banyak, tetapi pikirkanlah pekerjaan itu sendiri. Bagaimana kita harus melakukannya supaya berkualitas dan berkembang terus, dan pada akhirnya di sana akan muncul pawai kebahagiaan yang datang silih berganti… Laksana kita sedang menonton, bagaimana kehidupan ini melewati dirinya sendiri… Ya, sang matahari itu dan pekuburan! Dan satu lagi, di dalam prinsip pekerjaan untuk pekerjaan itu sendiri telah tersembunyi hukum peredaran uang... sebuah kebahagiaan yang unik. Karena segala sesuatu itu ada di dalam semua hal.
“Oh… betul, betul sekali ucapanmu… engkau telah menyingkirkan awan–awan gelap dalam pikiranku. Sekarang terang telah datang kepadaku” ucap pemuda berumur 33 tahun itu.
Tidak lama, datanglah orang tua dengan mata coklat yang berbentuk segitiga terbalik dan langsung bersalaman denganku. Ia seolah bertemu dengan ikan besar di lautan, aku menyambutnya!

Pembicaraan pun dimulai. Sama seperti pemuda tadi, tidak lama berbasa–basi tentang asal–usulku, ia langsung memperlihatkan semua isi dari perut pikirannya, bahkan aku melihat roh kekecewaan terlintas di dalam matanya sebelum kata- kata berbaris keluar dari mulutnya.
Ia seperti mengulang nasihat yang telah kubeberkan kepada pemuda tadi, tapi itu sangat terbatas. Aku menemukan sebuah penghambat di dalam dirinya, sebuah kekecewaan terhadap kekerdilan tubuh… Yang satu ini; aku melihat ia menggali begitu banyak lubang di tanah untuk menemukan tulang, tapi tulang terakhir yang ia temukan ternyata hanyalah pipa bekas yang terkubur di jalanan. Tapi tetap dia menyebutnya tulang. Apa itu? Apakah masa yang mendesakmu? Jangan menyalahkan masa eksistensi, engkau bahkan tidak mengenalnya, wahai orang tua...; dalam hatiku berkata.
Kenapa aku menilainya demikian? Keterpaksaan yang dibekukan, sehingga menjadi kebenaran..; kukatakan kenyataan ini pada orang tua tersebut.
Merasa adanya air surgawi yang mengalir membanjiri pipa ilusi, setiap butir kata yang dinyanyikan berbau pujian. Lalu sang orang tua bertanya kepadaku ”wahai teman lamaku yang turun ke bumi, tebaklah umur yang sedang berjalan di dalam tubuhku ini, aku percaya pada pikiran lamamu?”
“Jangan meragukan kemampuanku seperti itu… enam… enam puluh tiga tahun engkau telah berada di dunia ini”.
Tiba – tiba seolah semuanya berhenti sejenak. Raut wajah orang tua memancarkan rasa terkejut yang luar biasa. Hanya pepohonan dan semak serta sapi yang tidak merasa heran dengan ucapanku… apa itu?
Orang tua itu: “Benar, tidak meleset ucapanmu dan dalam waktu sebulan kemudian umurku bertambah 1 tahun”…
Apa yang kulihat adalah raut wajah orang tua ini terlihat lebih tua daripada umurnya. Yang mempercepat ketuaannya adalah rasa kecewa terhadap kekerdilan tubuh fisiknya. Aku yakin itu.

Tidak lama kemudian, aku merasa angin harum dan bunga teratai mulai mengitari sekitar tubuhku. Kudapati semua itu ditebarkan oleh sang pemuda, orang tua dan beberapa tamu yang duduk di sekitarnya.
Dan kurasakan, sudah saatnya untuk menggerakkan kakiku mengunjungi tanah berikutnya. Sebelum tubuhku seluruhnya menjadi patung emas bagi mereka yang hadir… saatnya pergi… Aku harus berpamitan dengan mereka.
Dalam perjalanan pulang, ada beberapa senyuman yang melayang–layang keheranan dari beberapa tamu kepadaku. Terbaca bagiku: tidak ada sedikitpun kebencian yang terpancar dari mata mereka kepadaku… Sang pembawa damaikah itu? Mungkin mereka bertanya–tanya.


katharsis-holydiary (26122003)

Tidak ada komentar: