Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

02 Desember 2008

Perjalanan Menuju Gunung III

Batang–batang bambu menjulur menuju suara air, benturan antar gelombang air dan bebatuan. Kenapa babatuan yang acak menghasilkan irama yang berulang? Ya, air yang lembut memiliki sifat yang lebih menjiwa. Pernahkah engkau mendengar bahwa manusia selalu dicerahkan oleh air. Karena air sangat dekat dengan segala yang lembut dan ringan, demikian juga dengan jiwa terdalam kita. Sangat mudah pula diterpa oleh angin–angin jahat...
Tapi, irama yang berulang terjadi karena adanya air dan bebatuan dari bumi. Ada golongan di antara bumi yang berwatak keras dan ada yang berwatak ringan, seperti air dan angin. Yang keras sangat dekat dengan tubuh kita sedangkan yang lembut tadi sangat dekat dengan jiwa kita.
Di antara pepohonan seperti ini, angin telah terpecah. Untuk memiliki sifat lembut seperti air, angin harus dipecah oleh tetumbuhan agar sampai pada sebuah kerendahan… seperti air layaknya…

Dedaunan membusuk dan yang baru lahir: bahwa kelahiran dan kematian sangat dekat.
Jamur–jamur berbentuk piring; kulihat tertempel pada batang pohon yang telah mati, kematian yang berguna… setengah tubuhnya adalah tanah.
Demikian, untuk mencapai kerendahan seperti air, api pun perlu disaring oleh dedaunan, agar ia menjadi lembut adanya…
Segalanya jadi lembut di kerendahan permukaan yang alami.

Dan segalanya yang jauh dari kerendahan alami akan menjadi tenaga yang besar. Oleh sebab itu, manusia yang hidup berpijak pada tanah, janganlah bercita–cita menjadi matahari yang panas... Panas yang terlalu besar di atas sana atau menjadi panasnya magma di pusat bumi. Karena hal demikian tidak sesuai dengan kelembutan dari kehendak permukaan, yang sebenarnya satu kehendak dengan kaki dan tubuh kita. Demikian pula dengan sifat–sifat air, angin, api, tanah, tumbuh – tumbuhan yang berada di permukaan.
Nyamuk berkaki awan… seperti awan yang bersahabat dengan air.
Lihatlah kadal hitam legam yang turun dari puncak menuju kerendahan. Ia juga terheran–heran melihat mata air yang mengalir…

Tadi, baru saja kutangkap, bahwa segala sesuatu di luar manusia juga memiliki ke-egoisan. Dalam dunia manusia semua itu berasal dari akal budi pikiran, sedangkan dalam dunia di luar manusia belum kunamakan. Kadang kurasakan tumbuhan dan hewan melanggar kehendak Roh Semestanya sendiri… demikian Roh Semestaku berbicara kepadaku!
Terutama pada tumbuhan, pernahkah engkau mendapati tumbuhan yang tidak mau menerima takdir kematiannya? Kita harus memiliki pengamatan yang melampaui ekspresi, seperti wajah dan tingkah laku pada manusia. Sesungguhnya, tumbuhan juga pernah gelisah. Sebaliknya, aku sangat menghargai tumbuhan yang berdiri sendiri di padang gurun. Karena ia seperti jiwa terdalamku, selalu sendiri… Dan tumbuhan seperti ini, jangan–jangan sudah memahami Roh Semesta-nya sendiri. Aku tahu itu… jiwa terdalamku membisikkan.


katharsis-holydiary(03012004(6)]

Tidak ada komentar: