Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

12 Januari 2009

Pekuburan...

Kembali ke awal, tantangan kebermaknaan tumpang tindih di suatu tempat. Apa yang terjadi?
Mahkluk trenggiling sang pengorek kubur dan jenazah, sekaligus sang pendobrak pintu peti mati… dan manusia sendiri, pintu peti mati dijadikan jembatan.
Ke mana ketakutanku yang awal terhadap pekuburan? Aku tidak merasakan apa pun, malah langkah–langkahku semakin mantap, seperti ditopang oleh arwah–arwah dari seluruh kuburan ini. Ini adalah sebuah kemajuan bagi roh-ku, bahwa terang dan gelap memiliki ketakutan yang sama…
Suara elangkah itu, di kejauhan sana? Ada rumah burung bangkai di sana dan mereka semua sedang menikmati hari–hari yang hangat…

Ketika sinar matahari meredup di antara pekuburan, perubahan besar terjadi, peranggai keheningan berbicara. Apa yang ingin disampaikan, tidaklah terbaca olehku. Sungguh aneh! Tapi aku sangat tenang di sini...

Ketenangan yang menetap bukan karena rasa penasaranku terhadap yang tidak terbaca itu... oleh pikiran, tapi Roh Semesta-ku sudah memahaminya.
Perhatian penuh dalam Roh Semesta adalah berbeda dengan perhatian penuh pada pikiran. Hidup di antara manusia, kita perlukan keduanya. Sedang hidup dalam kesendirian yang lama, hanya perlu yang pertama. Apakah perhatian penuh Roh Semesta berada di dalam perhatian penuh pikiran? Seharusnya memang demikian, agar apa yang disebut lupa itu tidak ada dan biasanya semua ini dimulai dengan berjalan dengan kelambaman.

Manusia berkhayal dapat terbang seperti burung, sedang burung berkhayal dapat berjalan seperti manusia, dua–duanya melanggar. Dan egoisme-lah yang berbicara banyak. Atau, ini dapat menjadi jiwa penyair dari sang burung. Perumpamaan dari sang burung untuk bercerita tentang penemuan Roh Semesta di dalam dirinya.

“Adalah rasa iriku melihat Roh Semesta berjalan menembusi lapisan–lapisan kabut di udara, sebuah ayunan langkah yang perlahan namun mantap. Itulah karakter Roh Semesta dalam diri setiap burung” demikian perumpamaan dari sang burung.

Ikan–ikan di laut juga berlaku sama. Mereka yang berada di dalam air mengagumi semua yang merangkak di dasar laut dan yang berada di permukaan. Sedang, yang hidup di permukaan, ingin naik ke darat atau kalau bisa mereka ingin terbang. Ya, satu–satunya mahkluk di luar manusia yang ingin hidup di segala alam adalah sang reptil. Berkuasa atas segala alam menurut kehendaknya. Bukankah mereka semua banyak menjadi pujaan manusia, di dalam mitos–mitos contohnya.

Baru saja kulihat ada ular berkaki empat berselaput, berekor panjang, berahang lebar dan badannya ramping… ia dapat hidup dalam segala alam, mahkluk kecil ini.
Evolusi adalah cara kerja kehendak turunan dari setiap mahkluk yang saling mempengaruhi. Sebuah gerak menyeluruh yang selalu dirintangi oleh nafsu dan egoisme dari semua mahkluk itu sendiri... sepanjang kehidupan.


katharsis-holydiary[09012004(5)]

Tidak ada komentar: