Aku hanya akan duduk di pondok ini dan menunggu! Barang siapa yang masih gentayangan, silahkan menghadap aku! Lama memang aku memejamkan mata sambil merasakan… Sepertinya mereka telah dinetralkan oleh sang ibu bumi, aku harus mengucapkan rasa terima kasihku kepada-Nya…
Samar–samar kudengar pula Ia membisikkan ke relung telingaku yang terdalam, bahwa ini bukanlah tugasku. Tugasku adalah mengurusi dan membebaskan mahkluk–mahkluk yang masih bernafas... mahkluk–mahkluk yang masih salah mengenal induk dan yang salah menafsirkan nasehat.
Untuk membebaskan para mahkluk hidup, aku menggunakan banyak senjata dan mantera. Kadang, aku menggunakan air terdingin untuk disemburkan ke dalam buah pikiran seseorang. Atau, untuk orang–orang tertentu kugunakan cambuk api, tongkat berduri, dan kalau perlu kulemparkan mereka ke dalam lautan dan kukubur ke dalam tanah. Karena inilah ujian terberat yang pernah aku jalani, yang hasilnya, jadilah aku sang pemikir bebas…
Mengenai mantera–manteraku, tinggal kupilih dan kubacakan saja menurut setan–setan yang merasuki jiwa seseorang. Dan tentu, tidak lupa tariannya… tarian yang membuat semua setan itu terlena dan mabuk mengikuti arah gerakan cemetiku. Kemudian dapat kuusir para setan itu dengan sebuah guncangan kecil... dan selesai sudah! Andai sang ibu bumi memberikan nada–nada yang seirama dengan iramaku, maka hal ini akan lebih mudah lagi. Aku hanya perlu lewat di hadapan setan–setan itu, lalu dengan sendirinya mereka menguap menjadi asap, serta meledak–ledak di udara lepas… lalu sirna…
katharsis-holydiary[09012004(5)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar