Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

19 Januari 2009

Hujan Di Pekuburan

Apa itu? Kulihat pucuk–pucuk awan memakan tentakel bumi, sedang berlangsung perkawinan di sana…

Kali ini, kusaksikan hujan lebat di pekuburan, benar–benar memukau. Untuk melukis keindahan yang ditangkapnya, tanah dan tetumbuhan mengeluarkan aroma yang fana, agar sang perempuan semakin terpikat... Langit adalah perempuan.

Tidak hanya itu, rahim itu ada di permukaan bumi dan makanan akan disalurkan dari langit untuk diolah dan dicerna oleh bumi yang mengandung sang anak...
Sesungguhnya anak yang banyak dan tak terhitung. Inilah perkawinan itu. Dari masing–masing anak, haruslah terus tumbuh dan bertambah dewasa, sambil mencari siapa ibu yang mengandungnya dan menuruti nasehatnya. Serangkaian nasehat yang harus dibuka tabirnya dengan membungkam nafsu dan egoisme jiwa, bukan egoisme sang Roh Semesta. Dan terakhir, semua makhluk yang dilahirkan harus mencari nasehat ini. Nasehat dimana kemudian untuk memahami penuh akan peranannya dalam menjalani hidup di antara bentangan bumi dan langit.
Menelantarkan diri secara sadar adalah sulit. Siapa sanggup, berlari–lari sendirian di dataran luas yang penuh kubur dalam cuaca hujan. Dan akhirnya tiba di sebuah pondok reot serta tinggal sendirian di sana selama satu hari satu malam. Roh apa yang mengecut, hingga ia bersemangat lari seperti kuda? Sedang ngidam ia! Janin Roh Semesta yang sedang ngidam dalam jiwaku… Tak lama lagi, lahirlah bayi roh tersebut, dengan seribu satu sudut untuk berpikir…
Akan ada banjir pikiran emas di sana kemudian...

Kembali ke dalam masa dimana sedang mengandung Roh Semesta. Aku, yang dititiskan ke dalam kancah kehidupan akan bertingkah laku seperti orang tidak waras. Duduk sendiri meratapi sesuatu dari anak pagi sampai anak pagi berikutnya. Baju yang tertempel di tubuhku tidak pernah terurus. Makan pun hanya kadang–kadang, karena aku telah mendapat santapan yang dilemparkan oleh jiwa. Di balik masa – masa seperti ini, ada resiko besar diriku tidak pernah kembali... kembali dengan jiwa berbeda…

Dengan adanya hujan lebat, siang tertutup, sore pun menjelang. Aku akan mendudukkan ketenanganku untuk menunggu... Menunggu pesan dari ia yang berumur senja kali ini...

Kenapa setelah masturbasi, angin berhenti. Jangan–jangan angin yang bertiup ini menyerupai rayuan–rayuan seorang suami yang ditujukan ke istri. Aku tahu itu! Sekarang masing–masing dari mereka sedang beristirahat, sambil bercumbu kecil. Kurasakan dari angin lembut yang menerpaku sesekali. Semua rumput tinggi pun diam, menunggu proses pembentukan janin dari anak–anak kehidupan baru. Kurasakan juga sang perempuan langit ini... ia sedang mengusap–ngusap rahimnya. Apa ini? Apakah dari hubungan yang berakhir dengan hujan ini, hanya bertujuan untuk memperoleh anak… anak–anak yang sehat terutama! Aku rasakan juga demikian pada semua makhluk; bahwa dalam perkawinan, anaklah yang menjadi pusatnya. Di dalam anak, seluruh desah nafas dan jiwa dari jantan dan betina menyatu. Dengan adanya anak, sang jantan dan betina akan selalu saling merasuki, seiring terkuaknya pelan–pelan keinginan roh semesta alam. Tapi, hampir seluruh makhluk hanya melihat sekilas Roh Semesta di balik cadar, ketika hujan mencapai puncaknya yang paling lebat. Hanya segelintir orang atau hanya aku sendiri yang sanggup menangkap serta berkunjung dan berbincang–bincang dengan Roh Semesta di pulau kediamannya. Ketahuilah, kadang – kadang kami memancing bersama, mandi bersama, tidur bersama bahkan sampai mengusir setan pun kami bersama…

Tadi siang matahari sangat membakar. Untuk menggerakkan tubuh ini, kutunggu sampai lempeng awan terbesar melewatinya. Kuatur pula waktunya, agar aku tepat sampai ke tempat santap siangku…


katharsis-holydiary[09012004(5)]

Tidak ada komentar: