Selamat Datang di Blog Diary Saya...

Anda dapat menelusuri Tulisan Lengkap saya tentang Proses Utuh Perjalanan Spiritual di:
http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Tulisan saya yang lain :
http://taskm.blogspot.com

28 Agustus 2009

Kegilaan Yang Agung

Merindukan semua yang ditinggalkan dan mendambakan semua yang baru adalah posisi yang paling rawan terperosok dalam kegilaan, tapi sekaligus juga jalan untuk menjadi master tragedi.

Saat ini, diriku berada di antara ke empat kutub itu… Dua yang pertama kadang masih menarik atau menolakku. Dulu, mereka ini pernah mengkhianatiku dan mendorongku ke dalam ruang–ruang hampa, ruang kegelapan hutan, kegelapan lautan dalam, lembah–lembah curam bahkan… jiwaku pernah dipanggang di dalam tungku panas seperti pembakaran periuk adanya. Di dalam sana, arus ke tiga itu, sang abu periuk kegilaan dalam tungku, datang dan menggodaku serta berkata “Engkau dibentuk oleh pengrajin tanah liat yang buruk, campuranmu adalah campuran terkutuk dan tertolak. Kutukan untuk menjadikanmu tumpukan abu. Ada baiknya lepaskan jiwamu, karena retak tubuh jiwamu sudah kelihatan. Kembalilah ke takdirmu... kegilaan terhadap segalanya”.

Aku memang menyerah… menyerah kepada kepasrahan yang melampaui kegilaan pecahan–pecahan periuk itu. Mungkin, dunia mereka ini adalah neraka, dalam hatiku berkata. Kepasrahan kepada tragedi yang berlarut–larut, kemudian mengantarku berkenalan dengan seonggok roh yang melampaui wujud. Ia tinggal di puncak–puncak api. Puncak–puncak dalam pada abu yang paling hitam. Bahkan, ia terselubung di dalam sang penghuni tungku dan sang pengrajin periuk itu sendiri… Siapa dia sesungguhnya? Sang master tragedi; kupanggil dia kemudian! Ia mengajariku agar tangan–tangan jiwaku menjadi lincah untuk membuka topeng–topeng para perindu masa lampau dan masa depan tadi, Ya… sang pendamba yang ditinggalkan dan yang akan datang itu. Lalu, untuk kegilaan, ia bukanlah sebuah arus yang perlu dibenci dan dihindari. Sebenarnya ia sejajar dengan dua tamu yang pertama tadi. Bagi master tragedi, mereka bertiga memiliki kegilaan yang berbeda–beda, yang perlu dikasihani… demikianlah!

Sampai sekarang, telah kumunculkan jiwa sang master tragedi di dalam jiwaku. Ia adalah pejalan lamban yang cara jalannya sangat berbeda dengan cara jalan sang pendamba masa lalu dan masa depan. Suatu saat yang paling hening, di kedalaman hutan yang paling rimbun, kudengar ia ingin menolak segalanya… Ia, sepertinya memiliki muslihat untuk menumpuk gunung tragedi dalam jiwaku sekarang. Ia menuntut sesuatu. Aku fahami benar, bahwa keahlian memanfaatkan tumpukan tragedi adalah jalan tercepat menuju semesta kebijaksanaan, yang kemudian menghasilkan karya–karya yang bernafaskan kearifan hidup.

Tapi, sang master tragedi ini perlu dijinakkan. Ia harus dipertemukan dengan satu tamu lagi yang dapat mengendalikan keliarannya dalam mencari kebijaksanaan. Karena, di ujung terdalam dari keahlian sang master tragedi ini memiliki kegilaan yang lain, yaitu kegilaan yang agung…
Tamu terakhir yang tiba tadi... kunamakan Roh Semesta! Sesungguh-nya roh terakhir ini, terdapat di dalam diri setiap manusia, bahkan segala sesuatunya.
Ada tragedi yang datang dengan sangat kebetulan dan menumpuk, ia yang kita cari kebijaksanaannya. Tapi, ketika mengetahui jalan rahasia ini, kita perlu kebijaksanaan lebih besar untuk mengendalikan nafsu ini. Karena ia akan berbalik, untuk merencanakan dan menumpuk tragedi demi mencapai kebijaksanaan lebih cepat. Maka, berhati – hatilah! Inilah roh terakhir yang perlu kita waspadai… Kegelisahan untuk mengabarkannya kepada seluruh dunia… Gunung kebijaksanaan yang menggila…” Demikianlah, sabda Roh Semestaku yang terakhir... dan terutama kepada orang – orang suci!


katharsis-holydiary [13012004(2)]

Tidak ada komentar: